Salah satu hal yang mendasari terjadi hubungan sosial adalah seberapa jauh seseorang tertarik dengan orang lain. Apabila ada daya tarik di antara mereka, maka kemungkinan terjadinya hubungan lebih besar. Kenyataan seperti ini bisa di lihat di tempat-tempat umum. Karena tidak ada perhatian dan ketertarikan dengan wanita yang duduk di salah satu bangku, seorang pria tidak akan menjalin hubungan sosial dengan wanita tersebut. Sebaliknya, meskipun kondisi yang ada sebenarnya sulit untuk mengadakan kontak sosial,tapi karena seseorang tertarik sangt kuat pada orang lain, maka akan diusahakan oleh orang pertama tersebut untuk menjalin hubungan.Ada juga hubungan sosial yang tidak dilandasi oleh ketertarikan. Pada jaman dahulu orang menikah karena dipaksa oleh orang tua. Ada juga perkenalan yang diawali bukan oleh ketertarikan dan pada umumnya pertama kali seorang murid atau mahasiswa yang duduk berdekatan dengan orang lain juga sering tidak dilandasi oleh ketertarikan. Namun demikian bisa diramalkan bahwa hubungan interpersonal yang berkelanjutan adalah hubungan yang diwarnai aspek ketertarikan. Ketertarikan tidak terbatas pada masalah daya tarik wajah atau fisik, tapi juga karena faktor lain. Bagi seorang pedagang akan tertarik dengan orang lain karena baginya calon relasi itu memungkinkan mendatangkan keuntungan. Dengan kata lain karena ada daya tarik ekonomis pada seseorang. Di lain pihak seorang mahasiswa akan tertarik pada dosennya karena dianggap memiliki kualitas intelektual yang tinggi dan cara penyampaian yang menarik.
PENGERTIAN
Pengertian daya tarik sering terlalu sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya jika hal ini dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik. Seseorang yang menarik wajahnya biasanya akan diberi penilaian yang baik. Orang yang memberi penilaian baik ini berarti mempunyai sikap yang positif. Oleh karena itu ketertarikan didefinisikan ssebagai sikap positif terhadap orang lain.
FAKTOR PENGARUH
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan ada empat, yaitu:1) karakteristik aktor2) faktor penilai3) variabel-variabel interpersonal4) faktor kondisi yang ada atau yang menyertai.
Ø Karakteristik Aktor
Yang dimaksud aktor di sini adalah orang-orang yang menjadi obyek penilaian. Beberapa karakteristik yang biasanya menimbulkan penilaian positif bagi pihak lain di jelaskan di bawah ini.
1. Daya tarik fisik
Hal pertama yang kita perhatikan tentang seseorang adalah penampilannya. Bila hal-hal yang lain sama, orang yang dianggap menarik lebih disukai daripada orang yang dianggap tidak menarik. Pada dasarnya segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah hubungan sosial, untuk mencapai sukses daya tarik fisik ini memberi kontribusi yang cukup signifikan. Aristoteles sendiri pernah mengatakan :beauty is a greater recommendation than any letter of introduction.
Bentuk-bentuk tubuh yang seksi, atletis, atau wajah yang cantik dan tampan sudah barang tentu pada umumnya menimbulkan kesan positif bagi orang yang menilai. Sebaliknya, tampang yang seram bahkan ada yang mengatakan tampang kriminal bisa menimbulkan kebencian pada orang lain. Karena penilaian positif akan memberi dampak lebih lanjut, maka untuk menarik orang lain mendekat, berkenalan dan sebagainya, sering juga digunakan kecantikan dan ketampanan ini.
Tidak mengherankan bila ada dua pilihan dengan karakteristik yang hampir berimbang, tetapi yang satu lebih menonjol dalam hal kecantikan, maka yang lebih cantik memiliki peluang lebih besar untuk dipilih. Bukan berarti bahwa faktor ini merupakan faktor yang mendominasi masalah lain.
2. Kompetensi
Kompetensi seperti kecerdasan, kemampuan, skil yang tinggi, prestasi dan merupakan kualitas tersendiri yang tidak semua orang memilikinya dalam tahap yang memuaskan. Kondisi-kondisi seperti ini cenderung untuk dikejar. Berhubung dengan orang-orang yang mempunyai kemampuan tertentu memberikan kepuasan tersendiri. Orang yang memiliki kompetensi lebih tinggi ternyata dinilai memiliki daya tarik fisik yang lebih menarik.
Ada sedikit perbedaan antara pria dan wanita dalam hal menilai kompetensi dan daya tarik fisik sebagai dasar menceri pasangan. Bagi wanita, daya tarik fisik pasangan sedikit kurang penting dibanding pria. Dalam hal ini tampaknya ada perasaan takut tersaingi bila pria mencari pasangan yang sederajat atau lebih tinggi dalam kompetensi dibanding dirinya. Namun, dengan semakin majunya dunia pada umumnya mempengaruhi penilaian tentang hal ini.
3. Karakteristik menyenangkan
Apabila orang yang cantik atau tampan dinilai menyenangkan , maka orang yang mengerjakan sesuatu yang menyenangkan juga memiliki daya tarik tersendiri, be nice or do something nice.
Orang yang lucu, ramah, santun, penolong, sabar dan memiliki berbagai karakter menyenangkan lain terbukti memiliki lebih banyak teman atau mendapat lebih banyak simpati, dan sebaliknya.
Ø Faktor penilai
Setiap individu memiliki kriteria tertentu, terutama yang bersifat subyektif, dalam memberi penilaian pada orang lain. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, maupun yang bersifat pribadi ikut berpengaruh dalam menilai. Dalam kaitan ini pembahasan akan lebih menitikberatkan pada faktor yang ada dalam diri penilai itu sendiri.
Dari berbagai faktor dalam diri penilai, diperkirakan bahwa kondisi afektif merupakan faktor yang besar peranannya dalam menilai. Seperti diketahui secara umum bahwa suasana hati yang baik akan ditunjukkan pula dalam memberi penilaian. Sebaliknya, orang yang dalam kondisi kalut, marah, sedih, sakit serta kondisi kurang baik lainnya, cenderung memberi penilaian yang tidak tepat dan biasanya mengarah ke negatif. Selain itu,pengalaman juga merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan saja dalam memberi penilaian daya tarik. Seseorang yang pernah patah hati dan trauma dengan hal itu kemungkinan besar akan memberi penilaian yang rendah. Di sisi lain ada kasus-kasus dimana seseorang mudah memberi pernilaian yang tinggi karena dia memang suka berganti-ganti pasangan. Sehingga muncul kecenderungan untuk memberi nilai tinggi terhadap seseorang yang baru dikenal, yang diperkirakan bisa dijadikan sebagai pasangan.
Ø Variabel-variabel interpersonal
1. Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, latar belakang, dan kepribadian. Banyak kebenaran dalam pepatah kuno bahwa “burung yang sebulu berkumpul bersama.”
Ada dua penjelasan utama yang menjadikan kesamaan penting dalam daya tarik interpersonal.Pertama, kesamaan biasanya mendatangkan ganjaran. Orang yang memiliki kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
Kedua, rasa suka berasal dari teori keseimbangan kognitif. Menurut teori ini, orang berusaha mempertahankan keselarasan atau konsistensi di antara sikap mereka, mengatur rasa suka dan rasa tidak suka mereka menjadi seimbang. Menyukai seseorang dan pada saat yang sama menentang orang itu mengenai masalah yang fundamental merupakan hal yang secara psikologis tidak menyenangkan. Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang yang mendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya.
Meskipun biasanya kesamaan menimbulkan rasa suka, ada beberapa kekecualian pada pola umum ini. Kadang-kadang kesamaan bersifat mengancam. Bila orang yang paling menyukai kita menderita serangan jantung atau mengalami hal-hal yang tidak menguntungkan lainnya, mungkin kita khawatir bahwa kita juga mudah tererang dan oleh karenanya, mungkin kita lebih suka menghindari orang itu.
Pokok yang lain adalah bahwa perbedaan diantara beberapa orang kadang-kadang mendatangkan ganjaran. Beberapa orang di antara kita ingin menjalani hubungan dengan orang yang benar-benar identic dengan kita dalam settiap hal. Kebhagiaan persahabatan meliputi stimulasi dan sesuatu yang baru – belajar tentang gagasan baru dan berusaha menghargai kekayaan variasi pengalaman manusia. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kita sangat terbuka terhadap ganjaran perbedaan bila kita merasa bahwa orang lain menerima kita.
2. Keakraban
Mungkin di antara kita ada yang bertanya mengenai alasan keakraban dapat meningkatkan rasa suka. Dan jawabannya adalah, eksposur yang berulang pasti meningkatkan pengenalan kita tentang seseorang, dan mungkin ini merupakan langkah awal yang berguna untuk menyukainya. Bila orang semakin dikenal, mereka juga semakin dapat diduga. Semakin sering kita melihat tetangga baru di lingkungan perumahan kita, semakin banyak yang kita pelajari tentang dia dan semakin baik prediksi yang dapat kita buat tentang bagaimana dia akan berperilaku di halaman rumah dan di pertemuan wilayah. Akibatnya kita merasa lebih nyaman bila dia hadir. Bila orang semakin akrab, kita bias juga mengasumsikan bahwa mereka semakin mirip dengan kita sendiri.
3. Kedekatan
Pengaruh kedekatan menyatukan banyak factor, yang telah kita ketahui, penting dalam daya tarik interpersonal. Pertama, kedekatan biasnya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berdekatan dengan kesamaan. Factor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh.
Penjelasan keempat tentang pengaruh kedekatan didasarkan pada konsistensi kognitif. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologik, sehingga kita mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita. Salah satu formulasi dari teori ini diajukan oleh Fritz Heider (1958). Dia membedakan antara hubungan kesatuan (unit relations) dan hubungan perasaan (sentiment relations) orang atau objek yang “menyatu” terdiri dari satu kesatuan. Gagasan dasar teori keseimbangan Heider adalah bahwa kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita, dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. .
Ø HUBUNGAN YANG ERAT
Suatu hubungan terbentuk pada saat dua orang menjadi saling tergantung satu sama lain, yaitu bila yang satu mempengaruhi yang lain. Suatu hubungan disebut erat bila terdapat interaksi yang kerap, melibatkan berbagai bentuk interaksi dan saling pengaruh yang kuat. Model interdependesi antar dua orang di kembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972), yaitu:
1. Zero contact (dua orang yang belum mempunyai hubungan): dua orang dalam kondisi saling bergantung antara yang satu dengan yang lain yang terus meningkat. Di satu pihak, kedua orang itu sama sekali tidak menyadari kehadiran sama lain.
2. Menyadari (sikap atau kesan satu pihak): mereka sampai pada tahap ini bila salah satu mulai merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum terjalin kontak langsung. Misalnya bila dua orang yang masih saling kenal kebetulan bertatapan. Fungsi tahap menyadari ini dapat menjadi amat penting. Bila kita memperoleh kesan yang baik tentang seseorang , mungkin kita akan mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengannya. Kadang- kadang beberapa orang memiliki pengalaman yang amat mengesankan pada tahap ini. Misalnya, seorang amat memuja penyannyi atau bintang film tertentu yang sebenarnya belum pernah dijumpainya.
3. Kontak permukaan (sikap atau kesan dua pihak): di sini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau lewat media telphon. Kontak dasar ini merupakan awal dari interdependensi, dan bahkan dari suatu hubungan.bila kita berbasa-basi dengan seorang pelayan pasar swalayan yang ramah, atau bercakap-cakap dengan penumpang yang sekursi dengan kita di bus, kita telah menciptakan kontak dasar. Interaksi sosial ini biasanya singkat, topik pembicaraan dangkal, dampak yang ditimbulkan terhadap masing-masing pihak sangat terbatas, dan kontak itu biasanya dibatasi oleh peran sosial tertentu. Banyak hubungan yang tidak berkembang melebihi tahap interdependesi minimal ini.
4. Mutualis (kesalingan): bila derajat interdependesi bertambah, orang memasuki tahap ini. Dalam hubungan ini ada 3 hal, yaitu: Pertama, ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relatif panjang. Kedua, hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa. Dua orang yang besahabat misalnya, akan mendiskusikan berbagai topik dan mengikuti berbagai kegiatan. Ini berlawanan dengan hubungan dangkal yang hanya terbatas pada satu kegiatan atau topik pembicaraan saja. Ketiga, saling pengaruh yang kuat mewarnai hubungan kedua orang tersebut.kita akan segera melupakan sindiran dari seorang pramuniaga, namun menjadi gelisah berminggu-minggu memikirkan komentar teman baik kita. Selanjutnya, dua orang yang memiliki interpendensi yang kuat memiliki potensi untuk saling membangkitkan emosi yang kuat pula. Persahabatan merupakan sumber perasaan-perasaan positif seperti cinta, kasih sayang, dan perhatian. Akan tetapi, diakui juga bahwa emosi-emosi yang kuat seperti rasa marah, cemburu, dan putus asa seringkali muncul dalam hubungan yang erat.
Ø PERSPEKTIF TEORI PERTUKARAN SOSIAL
Salah teori terpenting yang membahas masalah-masalah hubungan adalah teori pertukaran sosial. Menurut teori ini, orang sangat memperhatikan hasil (keuntungan dan kerugian) yang dapat mereka terima dari suatu hubungan. Seseorang akan cenderung memilih teman yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya. Meskipun demikian, bila seseorang mau menerima keuntungan, ia juga harus mau memberi.
1. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan adalah segala hal yang diperoleh seseorang dalam hubungan, seperti rasa dicintai atau juga keuangan. Keuntungan dibagi menjadi 6 bentuk dasar: cinta, uang, status, informasi, barang, dan jasa. Keenam bentuk tersebut diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Pertama, dimensi partikuarisme, termasuk bentuk-bentuk keuntungan yang nilainya tergantung pada pemberi. Nilai cinta, atau yang leebih jelas, bentuk-bentuk ungkapannya seperti pelukan, ciuman, sangat tergantung pada siapa yang memberi. Jadi cinta adalah keuntungan yang bersifat partikular (khusus). Sebaliknya uang akan selalu dipandang bermanfaat tanpa memperdulikan siapa pemberinya; uang merupakan keuntungna yang bersifat non partikular atau universal. Kedua, dimensi keberwujudan(concreteness), membedakan keuntungna yang bersifat nyata, yaitu sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dengan keuntungan yang niskala atau yang bersifat simbolik seperti nasihat atau kedekatan sosial.
Kerugian merupakan konsekuensu negatif dari suatu hubungan. Hubungan bisa mendatangkan kerugian, misalnya karena memakan waktu dan tenaga terlampau banyak, karena banyak menimbulkan pertentangan, karena orang lain tidak menyetujui hubungan itu, dan sebagainya.
2. Mengevaluasi Hasil
Umunnya orang tidak menilai hubungan secara sadar dan sistematik, tetapi proses dasarnya tercermin dalam pernyataan-pernyataan seperti “Hubungan ini memberikan banyak keuntungan untuk saya“ atau “Rasanya hubungan ini tidak perlu dilanjutkan lagi.”
Orang menggunakan beberapa tolok ukur untuk menilai hasil suatu hubungan. Tolok ukur yang paling sederhana adalah dengan melihat apakah hubungan itu menguntungkan atau merugikan. Tolok ukur yang juga penting adalah dengan membanding-bandingkan sejumlah hubungan, membandingkan suatu hubungan dengan bentuk hubungan lain yang pernah kita alami atau kita kenal. Thibaut dan Kelley (1959) menekankan dua bentuk tolok ukur perbandingan utama.
Tingkat perbandingan mencerminkan kualitas hasil yang menurut seseorang pantas di terima. Jelas, tolok ukur dasar untuk suatu hubungan berbeda dengan tolok ukur untuk hubungan yang lain. Kita dapat membandingkan hubungan yang kita alami sendiri dengan yang kita lihat melalui film, kita dengar melalui teman-teman, atau kita baca melalui buku-buku psikologis populer. Tingkat perbandingan itu sebenarnya merupakan keyakinan pribadi tipa tiap orang tentang hal-hal apa saja ynag sehatusnya ada, tidak ada, atau mempengaruhi hubungan.
Tingkat perbandingan untuk alternatif, di sini orang menilai perbandingan antara suatu hubungan dengan hubungan lain yang yang dapat dipilih pda saat yang sama. Apakah teman kencan kita yang terakhir lebih menyenangkan atau lebih tidak menyenangkan dibandingkan dengan orang lain yang juga dapat kita ajak berkencan pada saat yang sama. Bahkan bila suatu hubungan menguntungkan secara absolut kita dapat saja meninggalkannya jika kita dapat menjangkau alternatif lain yang lebih menguntungkan, dan sebaliknya.
3. Koordiansi Hasil
Fakta yang penting adalah bahwa dalam suatu hubungan, hasil yang diperoleh salah satu pihak berkaitan erat dengan hasil yang diperoleh pihak lain.
- Hasil yang berkorespendensi: apa yang dianggap baik oleh yang satu dianggap baik pula oleh yang lain, apa yang dianggap buruk oleh yang satu dianggap buruk pula oleh yang lain ( Thibaut & Kelley, 1959).
- Hasil yang tidak berkorespondensi: bila kedua pihak yang terlibat memiliki pilihan dan nilai-nilai yang jauh berbeda, dan kemungkinan untuk terjerumus dalam pertentangan dan masalah koordinasi hasil akan semakin besar.
4. Pertukaran Yang Adil
Orang sering mempersoalkan keadilan dalm suatu hubungan. Tiga buah aturan utamanya adalah kesamaan, kebutuhan relatif, dan keadilan. Keadilan terjadi bila hasil yang diperoleh seseorang sebanding dengan andil yang dia berikan untuk mendukung kelangsungan hubungan tersebut. Menurut teori keadilan ini, bila pihak-pihak yang terlibat merasakan adanya ketidakadilan dalam hubungan mereka, mereka akan merasa tertekan dan terdorong untuk berusaha memulihkannya.
5. Kepuasan dan Keterikatan
Keterikatan meliputi segala upaya, positif maupun negatif, yang membuat seseorang tetap berada dalam suatu hubungan. Faktor-faktor yang positif meliputi kepuasan, rasa suka, dan cinta. Faktor-faktor negatifnya meliputi segaa kendala yang membuat seseorang menderita kerugian bila dia meninggalkan suatu hubungan. Dua kendala yang paling penting adalah tidak adanya pilihan lain dan investasi yang telah ditanamkan dalam suatu hubungan.
Keterikatan menunjuk pada segala kekuatan, baik yang positif maupun negatif, yang berfungsi untuk mempertahankan individu dalam suatu hubungan.
Dalam sebagian besar hubungan, kepuasan dan keterikatan senantiasa berjalan berdampingan. Bila sepasang remaja mulai merasakan hal-hal yng istimewa dalam hubungan mereka, keduanya akan mulai membangun keterikatan. Mereka tidak lagi berkencan dengan orang lain, mulai saling bertukar tanda mata, selalu menikamti berbagai kegiatan berdua. Bila kelak hubungan itu berkembang menjadi hubungan cinta, mereka mulai melakukan berbagai hal untuk mewujudkan perasaan mereka dan merencanakan langkah-langkah untuk membangun masa depan bersama.
6. Konflik
konflik sering terjadi dalam hubungan yang erat ( Peterson, 1983). Memang tidak dapat dipungkiri bahwa konflik akan selalu muncul pada hubungan yang dirasa amat sempurna sekalipun. Menurut Gurin dan kawan-kawannya, 32 persen pasangan yang menilai pernikahan mereka sangat membahagiakan melaporkan bahwa mereka juga pernah mengalami pertentangan.
Ø PENGUNGKAPAN DIRI
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat bersifat baik deskriptif maupun evaluatif ( Morton, 1978). Dalam pengungkapan diri deskriptif kita meukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui orang lain. Dalam pengungkapan diri evaluatif, kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang-orang tertentu, bahwa kita merasa cemas karena terlalu gemuk, bahwa kita tidak suka bangun pagi.
Sejalan dengan perkembangan suatu hubungan dari yang dangkal sampai menjadi hubungan yang akrab, orang semakin berani mengungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi tentang dirinya. Kita hanya membicarakan musik dan makanan kesukaan kita, sikap kita terhadap agama dan politik, pada orang yang masih asing. Namun, dengan seorang teman akrab, kita akan memperbincangkan hubungan-hubungan pribadi kita, tentang hal-hal yang membuat kita merasa takut dalam kehidupan.
1. Pengungkapan Diri dan Rasa Suka
Rasa suka merupakan sebab penting dari pengungkapan diri. Orang lebih sering mengungkapakan dirinya pada pasangan hidupnya atau pada sahabatnya daripada terhadap rekan sekerja atau teman biasa. Beberapa penelitian mendukung pandangan yang mengatakan bahwa kita akan lebih menyukai orang lain yang dapat mengungkapkan diri pada situasi yang tepat ( Derlega & Ckaikin, 1975).
Altman dan Taylor (1973) berpendapat bahwa pengungkapan diri dapat menimbulkan rasa suka bila langkah-langkahnya dijaga sebaik mungkin. Tahap-tahap pengugkapan diri itu cukup lambat agar kedua pihak tidak merasa terancam. Bila perkembangan berlangsung terlampau cepat, orang akan merasa cemas, dan akan muncul kecenderungan untuk melindungi diri. Seseorang yang “terlalu memaksa , datang terlalu cepat”, akan kurang disukai.
2. Timbal Balik
Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi pada kita, kita akan merasa wajib memberikan reaksi yang sepadan. Proses pengungkapan diri yang berlangsung secara bertahap, semakin lama semakin cepat, akan semakin mempererat suatu hubungan.Banyak bukti yang menunjang pendapat bahwa sifat timbal balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang menentukan apakah kita akan menyukai seseorang atau tidak.
Altman dan Taylor menyatakan bahwa kita akan jauh lebih menyukai seseorang yang mengungkapkan dirinya lam tingkat yang setara dengan yang kita lakukan terhadapnya. Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam ini. Bila sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman.
Ø CINTA
Cinta dan balada kasih sudah sejak lama menjadi topik favorit para penyair dan pengarang lagu. Baru akhir-akhir ini para peneliti mulai menggunakan berbagai piranti psikologis untuk mempelajari gejala ini secara lebih sistematis.
Salah satu peneliti pertama yang mempelajari cinta romantis adalah Zick Rubin (1970,1973). Dia mersa tertarik untuk mempelajari hubungan antara cinta dan rasa suka. Salah satu pandangan mengatakan bahwa cinta adalah bentuk rasa suka yang amat kuat. Sejalan dengan sudut pandang dimensi tunggal ini, perasaan tertarik yang positif mempunayi rentang sepanjang suatu kontinuum, mulai dari rasa suka yang lemah sampai yang kuat. Sedangkan pandangan yang berlawanan dengan yang pertama tadi, yang dianggap lebih unggul oleh Rubin, mengatakan bahwa cinta dan rasa suka memiliki unsur-unsur yang berbeda dan merupakan dua dimensi yang berlainan. Pandangan ini nampaknya sesuai dengan pepatah kuno yang mengatakna bahwa dapat saja kita sangat menyukai seseorang tetapi tidak mersa jatuh cinta padanya, dan sebaliknya, kita dapat tergila-gila mencintai seseorang yang sebetulnya tidak terlalu disukai.
REFERENSI
Faturrahman, Psikologi Sosial, 2006, PUSTAKA, Yogyakarta
Sears, David O. Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau, Psikologi Sosial, jilid pertama, 1988, ERLANGGA, Jakarta
Kamis, 19 November 2015
0 Response to "daya tarik interpersonal"
Posting Komentar