Psikologi Sosial : CINTA



Sebagai makhluk yang memiliki perasaan, kita diberikan nikmat yang luar biasa oleh Tuhan yakni perasaan cinta. Entah mencintai atau dicintai. Cinta melibatkan perasaan yang mendalam, terkadang rasa ketidakegoisan, maupun komitmen; dan cinta merupakan misteri besar dalam kehidupan manusia.  Cinta merupakan komponen yang sudah ada di dalam hidup kita sejak kita mulai berada di dalam kandungan. Cinta dari ibu, cinta dari ayah, cinta dari sanak saudara, hingga cinta dari guru, cinta dari sahabat, dari pasangan, dan seterusnya. Demikian pula saat kita mencintai orang lain; kita mencintai kedua orang tua kita, saudara kita, sahabat kita, pasangan, dan seterusnya. Tetapi apakah cinta kepada orang tua, cinta kepada sahabat, dan cinta kepada pasangan adalah perasaan yang sama? Tulisan kali ini akan membahas cinta yang dirasakan oleh sepasang manusia dari sudut pandang psikologi.

Asal-Usul Cinta
        Dari mana cinta datang? Saya mendadak menjadi teringat pada sebuah lagu yang berlirik, “cinta datang tiba-tiba”. Apakah cinta datang secara tiba-tiba begitu saja?
       Teori perilaku mengatakan bahwa cinta muncul akibat adanya penguatan positif yang kita rasakan di dalam diri. Kita jatuh cinta kepada seseorang karena orang tersebut selalu memerhatikan atau menghargai diri kita. Dengan teori ini juga dapat dijelaskan alasan seorang anak begitu menyukai seorang guru yang selalu memberikan sang anak permen setiap mereka bertemu. Hubungan cinta akan muncul ketika ada sepasang manusia yang saling memberikan perasaan positif satu sama lain.
       Teori kognitif menjelaskan bahwa cinta muncul karena kita berpikir bahwa kita mencintai. Jika kita melakukan sesuatu tanpa diberikan apapun dan kita masih melakukannya, maka kita jatuh cinta. Sebagai contoh, seorang laki-laki berpikir, “Saya selalu menemani dia berbelanja, padahal saya tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatan ini. Kenapa saya mau menjemput dia? Kenapa saya mau menemani dirinya hingga larut malam? Saya pasti sedang jatuh cinta kepada dirinya!” Beginilah teori kognitif. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa saat kita mengira seseorang menyukai kita, maka kita akan semakin mudah tertarik kepadanya.
     Teori evolusi menyatakan bahwa cinta muncul karena pada dasarnya kita membutuhkan perlindungan. Dengan cinta, kita mendapatkan pemenuhan atas perlindungan, dan kita dapat bereproduksi serta mewariskan genetika kepada generasi selanjutnya.
           Teori biologi menjelaskan cinta muncul karena adanya feromon. Feromon adalah zat kimia yang dikeluarkan oleh manusia dan hewan. Zat ini diproses di dalam hipotalamus, dan feromon memengaruhi pilihan kita terhadap pasangan. Dengan kata lain, kita tertarik pada lawan jenis karena tertarik terhadap feromon yang ia keluarkan.
Macam-Macam Cinta
     Secara umum cinta terbagi menjadi dua, yaitu romantic love (cinta romantis) dancompanionate love.  Romantic love melibatkan rasa senang akan cinta, namun di satu sisi juga merasa khawatir akan kehilangan pasangan. Cinta romantis selalu mengharapkan cinta yang ideal, cinta yang penuh akan kebahagiaan dan romantika. Sedangkan companionate love adalah cinta yang melibatkan perasaan mendalam, kedekatan, dan juga keintiman. Pasangan dengan companionate love akan dapat menerima pasangan apa adanya dan percaya terhadap pasangan. Contoh dari romantic love adalah cinta yang umumnya terjadi pada sepasang remaja, sedangkan companionate love adalah cinta yang umumnya terjadi pada sepasang lansia yang sudah menikah selama puluhan tahun. Romantic love, meski penuh dengan harapan yang positif kepada pasangan dan melibatkan kekhawatiran akan kehilangan pasangan, bukanlah jenis cinta yang buruk. Romantic love akan menjadi cinta yang baik jika dapat dikembangkan companionate love. 
John Alan Lee, seorang psikolog, menyatakan teori tentang cinta yang disebut sebagai warna cinta. Warna-warna cinta tersebut adalah:
(1) Eros atau romantic lover: cinta dalam bentuk eros adalah cinta yang muncul semata-mata karena ketertarikan fisik. Cinta seperti ini adalah cinta yang mementingkan nafsu, dan tidak dapat bertahan lama.
(2) Ludus atau game-playing lover: sesuai dengan namanya, cinta ini semata-mata seperti sebuah permainan. Orang yang ludus menyukai rayuan gombal. Cinta ini biasanya ditemukan pada kasus cinta monyet.
(3) Storge atau quiet and calm lover: cinta ini adalah cinta yang “diam”. Rasa cinta ini tidak muncul dengan tiba-tiba dan tidak mengharapkan cinta yang ideal, romantis, pernikahan, atau sebagainya. Jika cinta ini berakhir, pasangan manusia tetap bisa berteman.
(4) Mania atau crazy lover: cinta ini disebut gila karena penuh dengan posesivitas dan ketergantungan.  Orang dengan cinta jenis ini akan begitu gelisah ketika pasangan tidak di sampingnya, namun di satu sisi akan langsung mengalami peningkatan mood ketika pasangan sudah di sampingnya.
(5) Pragma atau practical lover: cinta ini penuh dengan daftar kualitas yang mereka harapkan dalam sebuah hubungan. Orang yang pragma mengharapkan cinta yang dalam dan berakhir pada pernikahan, bahkan mereka sudah merencanakan masa depan dari cinta mereka.
(6) Agape atau selfless lover: cinta yang tidak mengharapkan apapun. Cinta yang tulus. Tidak mengharapkan balas, tidak cemburu, dan tidak meminta apapun.
Robert Sternberg, seorang profesor psikologi, menggolongkan cinta dengan cara yang berbeda. Cinta adalah kombinasi dari hasrat (passion), keintiman atau kedekatan (intimacy), dan komitmen. Macam-macam cinta berdasarkan kombinasi tiga hal tersebut adalah:
(1) Suka (liking): adanya keintiman atau kedekatan tetapi tidak ada hasrat dan komitmen. Liking biasanya muncul pada sepasang teman atau sahabat.
(2) Infatuation: hanya ada hasrat tanpa ada kedekatan dan komitmen. Cinta jenis ini dapat dengan mudah hilang dan berganti kepada pasangan yang lain.
(3) Empty love atau cinta kosong: hanya ada komitmen, tanpa ada kedekatan dan hasrat. Meskipun cinta jenis ini tidak melibatkan perasaan, tetapi perlu dikembangkan hingga terciptanya kedekatan dan hasrat.
(4) Romantic love atau cinta romantis: ada hasrat dan ada kedekatan, tetapi tidak ada komitmen. Cinta ini biasanya hanya untuk sekedar kesenangan saja, umumnya pada kasus cinta monyet.
(5) Companionate love: adanya kedekatan dan komitmen, namun tanpa hasrat. Cinta ini dapat muncul pada sepasang sahabat atau pasangan menikah yang mengalami penurunan hubungan.
(6) Fatuous love: cinta yang memiliki hasrat dan komitmen, tetapi tidak memiliki kedekatan. Cinta ini bisa dikatakan cinta yang bodoh karena muncul meskipun belum mengenal pasangan dengan baik (tidak adanya kedekatan). Cinta pada pandangan pertama dapat menjadi contoh dari cinta jenis ini.
(7) Consummate love: cinta yang memiliki baik kedekatan, hasrat, dan komitmen. Cinta ini adalah cinta yang ideal dan jenis cinta yang terbaik. Pasangan dengan cinta jenis ini saling memahami satu sama lain, saling memiliki ketertarikan satu sama lain, dan memiliki komitmen untuk mempertahankan hubungan.

Mengembangkan Cinta yang Ideal


          Cinta yang ideal adalah consummate love. Untuk mengembangkan cinta yang ideal, maka pasangan harus membina kedekatan. Pasangan harus saling terbuka dan mau berbagi satu sama lain. Mereka harus mau memberikan masukan dan siap untuk menerima masukan. Dengan sikap ini, pasangan seyogyanya mampu saling memahami. Dengan ini akan muncul kedekatan. Masing-masing dari pasangan juga harus mampu memperbaiki diri dan mengembangkan diri; baik secara fisik, kepribadian, maupun spiritual. Meskipun fisik bukanlah hal yang menentukan hubungan, tetapi pasangan perlu menjaga penampilan fisik agar tidak terlihat seperti tidak terurus, terkadang orang menghubungkan penampilan dengan kepribadian. Begitu juga dengan kepribadian, munculkan sikap yang dewasa, perhatian, hangat, dan sebagainya yang sekiranya dapat membuat pasangan nyaman. Dengan ini, diharapkan hasrat dapat muncul. Dan tentu saja, pasangan harus saling berkomitmen. Saling berjanji bahwa cinta ini (jika sepasang kekasih) tidak akan dikhianati dan mampu menjaga diri dari godaan lawan jenis lain.
        Agape atau cinta yang tidak mengharapkan balasan merupakan cinta yang juga tampak ideal. Tetapi bukan berarti cinta ini adalah bentuk cinta yang pasrah menerima pasangan apa adanya. Dalam berhubungan, kita memang perlu menerima keadaan pasangan sekalipun itu negatif. Misalnya adalah kasus pasangan yang kasar atau tidak mau bekerja, itu adalah sifat yang kurang baik dalam sebuah hubungan. Namun bukan berarti kita hanya pasrah menerima keadaan negatif pasangan, seharusnya kita membantunya untuk berubah. Berikan dukungan dan dampingan. Pasangan yang kasar jika dibiarkan tentu akan menimbulkan kekerasan, baik dalam masa pacaran ataupun dalam masa pernikahan (KDRT). Kita perlu memberikan penjelasan bahwa sifat kasar tersebut adalah sifat yang merugikan baik kepada diri sendiri, pasangan, dan hubungan. Ajaklah pasangan untuk berubah, dampingi dia. Selama ini mungkin kita hanya meminta ia untuk berubah tetapi tidak memberikan dukungan dan pendampingan sehingga pasangan merasa disalahkan. Jika pasangan sudah menikah dan suami tidak mau bekerja, berikan penjelasan mengapa sang suami perlu bekerja. Dalam rumah tangga, adalah wajar jika memerlukan uang. Tidak perlu melimpah, tetapi cukup untuk kehidupan sehari-hari saja sudah baik. Berikan dukungan kepada suami untuk bekerja, jika perlu bantu suami untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan potensinya; atau istri dan suami bisa sama-sama bekerja agar kondisi keuangan bisa lebih baik. Istri seharusnya tidak mendesak suami untuk menghasilkan uang yang lebih banyak, tetapi memberikan dukungan dan pendampingan agar suami dapat lebih bahagia dalam pekerjaan dan sejahtera baik mental dan fisik.
      Cinta adalah hal yang wajar namun misterius dalam kehidupan manusia. Cinta terkadang menyebabkan rasa sakit, tetapi juga memberikan rasa bahagia yang mendalam; semua tergantung pada jenis cinta dan pikiran kita. Jenis cinta apakah yang sedang anda miliki sekarang?


1 Response to "Psikologi Sosial : CINTA"