Kau Saja Segalaku


Putri Lutiana
090816

Kamu, hei kamu. Sudahlah kau, tak usahlah kau banyak tanya lagi. Tentang rasa ini sudah sejak dulu ku siapkan hanya untukmu. Bahkan ketika kau belum berniat untuk mengejarku atau sekedar melirik ke arah hatiku. Buktinya, perasaan ini sudah kau bolak-balikan sesukamu. Kau pernah jatuhkan, kemudian kau hancur leburkan. Aku tetap dengan telaten mengumpulkan serpihannya dan kemudian pelan-pelan menyatukannya. Hasilnya, hatiku utuh kembali untukmu. Kalau pun kau mau remukkan lagi, terserahmu saja. Aku bisa dengan terampilnya menyusun kembali remukan hati. Seperti menyatukan beling di pelataran. Akan ada bagian-bagian kecil yang hilang memang, pun bentuknya tak akan utuh seperti semula lagi. Tapi setidaknya, satu hal yang pasti “Hatiku Kupersiapkan Hanya Untukmu.”
Tentang hati yang mungkin sempat kau luluh lantakkan, sudah kubilang aku akan memperbaikinya. Kemudian aku akan membentuk rindu-rindu yang baru agar kau juga dapat menempati ruangnya kembali. Kau punya tempat luas dihatiku. Karena kenyataanya, kaulah satu-satunya yang tinggal di ruang bernama Hati ini. Kau saja penghuni hatiku, aku tak perlu mencari penghuni lain karena menurutku kau akan lebih nyaman memiliki seluruh hatiku. Kau pasti tak akan rela bila kau harus berbagi. Aku tau itu. Oleh karenanya, cukuplah kau yang di dada. Prihal sempurna tidaknya kau, peduli apa aku? Yang aku tau, Tuhan telah menganugrahiku seseorang yang sanggup memberi rasa yang bahkan namanya tak ada. Kaulah, rasa tak bernama yang di dada.
Kemudian, berkenanlah kau untuk mempercayaiku sepenuhnya, setulusnya, seutuhnya. Karena dengan demikian, kita akan berjalan semestinya. Tidak berbelok, atau mungkin tersasar. Jangan, jangan demikian. Kau pasti paham betul bahwa kunci hubungan adalah kepercayaan. Baiklah, mungkin aku yang akan tidak mempercayaimu suatu waktu nanti. Namun, marilah kita sepakati bersama. Kalau tidak akan ada yang kita tutup-tutupi diantara berdua. Kalaupun ada, kau harus tetap mempercayaiku. Prihal itu benar atau salah, waktu akan menunjukkannya. Dia punya cara sendiri untuk menyadarkan sombongnya hati kita, bahwa terbuka adalah yang utama. Sungguh, aku benar-benar ingin bersamamu. Setidaknya sampai batu nisan tertancap diatas liang lahatku. Karena hal yang aku tahu ialah, mencintaimu menjadikan aku bernyawa.
Kamu, hei kamu. Maukah kau pahami beberapa hal? Ada beberapa yang menjadi kelemahanku. Mencemburui hal-hal yang mungkin menurutmu kecil, misalnya. Namun, kamu harus yakini satu hal; terkadang mencintai harus seperti itu. Kau terlalu takut saat ada orang lain yang mencoba mendekati kekasihmu. Bukan lebay atau alay. Bukan pula prihal anak smp atau kuliahan. Tapi sungguh, yang namanya cemburu lansia pun mungkin akan merasakannya. Kau harus paham itu. Terkadang cinta sulit untuk dikatakan dengan kata. Maafkan. Mungkin kau harus lebih peka dengan gerak-gerikku saat bersamamu. Saat-saat aku gelisah ketika mendapati ada nama wanita lain di kontakmu, itu mungkin aku sedang cemburu. Cobalah bicarakan baik-baik, jelaskan. Mungkin aku akan memahaminya. Kau pun harus paham, kelemahanku ada karena aku mencintaimu.
Sungguh, cobalah kau masuk dalam pandanganku. Tatap aku lamat-lamat, lihatlah bahwa kau kusimpan berlama-lama didalamnya. Sungguh, coba kau masuk dalam pandanganku. Kan kau dapati sebuah rasa yang aku pun tak tau apa namanya. Yang pasti, rasa itu membuat aku bahagia karena kau ada. Bukan aku sedang merayu atau mencoba menggombalimu. Rasanya tak pantas untuk seorang hawa sepertiku. Tapi ini adanya, ku kan jadikan kau satu-satunya.
Sayang, hei kamu sayang. Bersamamu mungkin tak jua akan menghentikan waktu. Tapi tetaplah, akan ku abadikan setiap detik yang tuhan anugrahkan atas nama KITA. Berdua, kita akan ciptakan warna-warna baru berdua. Kita akan namai warna-warna itu sesuka kita. Mungkin tak akan secantik pelangi. Tapi pastinya, warna itu lebih bertahan lama dibandingkan pelangi yang datang sebentar lalu pergi. Tidak, kita tidak akan membuat warna yang demikian. Berjanjilah, kau tak akan bosan menjadi objek tulisanku. Karena inilah caraku menuangkan rasa yang tak bernama. Sungguh, semut pun malu, saat tahu betapa aku mencintaimu.
Teruntukmu yang mungkin tak akan menghiraukan setiap aksara yang aku goreskan, percayalah, bahwa tulisanku muncul bukan hanya patah hatiku sebab kau. Tapi juga karena jatuh cintaku, karena kau. Kau saja, segalaku J

Related Posts :

0 Response to "Kau Saja Segalaku"

Posting Komentar