Kutulis ini dengan kucuran ai mata yang tak mampu
ku bendungkan. Hampir setiap saat rasanya aku terus menangis. Melampiaskan
semua kepedihan dan sesak yang telah merenggut semua kebahagiaanku. Yang telah
merengggut dia kekasih hatiku. Gila rasanya memiliki rasa yang seperti ini. Kau
tau, berapa banyak air mata yang telah kubuang sia-sia? Kau tau berapa sesak
rasanya dada ini setiap saat mengingat kata itu “PERPISAHAN”. Sebuah kata yang
tak pernah sedikit pun kubayangkan sebelumnya.
Kau tau bagaimana sakitnya perpisahan ini? Kau tau
bagaimana rasanya harus berpisah disaat hati benar-benar sedang berbunga? Kau
tau bagaimana rasanya kau harus berpisah dan kau pun tak mampu membantah
perpisahan itu? Kau tau bagaimana rasanya berpisah disaat dua hati masih
membutuhkan untuk saling dijaga? Kau tau bagaimna rasanya berpisah disaat dua
insan telah berjanji untuk selalu bersama? Kau tau bagaimana rasanya berpisah
dengan sangat mengejutkan? Kemarin kau baru melakukan semua hal indah bersama,
kemarin kau baru merasakan keyakinan bahwa kau tak akan berpisah, kemarin kau
baru berjanji untuk saling bersama. Dan hari ini, dengan sangat terpaksa kau
harus mengalami yang namanya “BERAKHIR”.
Aku pikir ini tidak begitu sulit. Hanya kehilangan
satu orang aku pikir bukan menjadi sebuah masalah yang berat. Tapi ini rasanya
begitu berbeda. Kehilangan orang ini benar-benar membuat aku menjadi kosong.
Rapuh serapuh-rapuhnya. Kau tau bagaimana aku melampiaskan semua kesakitanku?
Aku menembus hujan badai, aku teriakan semua kesakitan, aku hempaskan tubuh di
lautan, aku mengadu semuanya kepada Penciptaku. Saat itu aku merasa sedikit
tenang. Entah karena apa, tapi disaat aku mengadu kepada penciptaku aku
perlahan memulih. Tapi, ini belum berakhir. Hari yang aku jalani mulai berbeda.
Dan akhirnya, semua itu membuat aku jatuh sakit dan benar-benar drop. Aku terus
mengadu kepada pemilikku. Aku ceritakan semua keluh kesahku, tapi ketenangan
itu hanya berlangsung sesaat. Sesak didada itu pun datang lagi dan sangat
menyiksa. Dengan sangat berat hati aku harus menghapus semua foto dan kenangan
manis yang pernah dilewati selama 4 tahun ini. Semuanya berakhir tanpa alasan.
Semuanya berakhir tanpa penjelesan. Dan aku hanya bisa teriak dengan sakit
didadaku.
Hari kedua, setelah perpisahan. Aku mencoba
bangkit dan memulai hidup baruku. Pagi ini aku bersemangat untuk tidak menangis
dan tetap berbahagia. Aku lihat di media sosialku, dia pun baik-baik saja tanpa
aku. Sebuah status yang membuat aku terhanyut, “you are the most beautiful in
the rest my life”, “kau terhebat yang pernah aku miliki”, “aku berharap kamu
membenciku”. Oh TUHAN, apa-apaan ini? Bagaimana bisa kau mengakhiri semua tanpa
alasan dan kau masih membuat aku menjadi istimewa. Bagaimana bisa kau baik-baik
saja sememntara semua kau terlalu rapuh untuk ku tinggalkan. Bagaimana bisa
hatimu bisa kau bolak-balik dan ini menyakitkan :’(.
Aku kembali terpuruk, aku kembali lemah. Aku
kembali jatuh sakit dan terus memikirkan alasan perpisahan. Dan yang paling
sulit bagiku adalah menjelaskan semua ini kepada orang tuaku yang selama ini
sangat menyayangimu. Bagaimana bisa aku menjelaskan semua dan apa yang harus
aku jawab tentang perpisahan ini? Jangankan itu, kau tau bagaimana rasanya,
bagaimana beratnya saat aku harus menjawab pertanyaan adikmu yang menanyakan
ketidakhadirnmu disampingku? Kau tak tau bagaimana itu? Sakit sekali. Kau
akhiri tanpa alasan dan tanpa kesalahanan apapun. Kau akhiri disaat aku tengah
berjuang menjadi pantas untukmu. Kau akhiri disaat aku telah menjadi dewasa
untukmu. Kau akhiri dan membuat aku kehilangan MATAHARIKU :’(
Malam dihari kedua, aku sengaja untuk lebih cepat
tidur karena dadaku semakin sesak. Sesak tanpamu. Dan akhirnya, aku beranikan
diri untuk menyampaikan sakitnya yang aku rasakan. Bagaimana bisa kau memintaku
untuk tegar sedangkan kau tau kalau selama ini kaulah penyemangatku, kaulah
dorongan terhebatku setelah orang tuaku. Bagaimana bisa kau memintaku untuk
membencimu sedangkan kau tak pernah membuat sebuah salah yang berarti untukku.
Bagaimana bisa ? bagaimana bisa? Beri aku alasan, beri aku penjelasan.
Iya, aku berjanji untuk bangkit, aku berjanji
untuk kembali menata hari-hariku, dengan keyakinan kau akan kembali untuk ku
disuatu hari nanti setelah aku membuktikan kesungguhanku. Tapi kau patahkan
semua saat kau bilang kau tak akan pernah bersamaku lagi? Oh TUHAN apa salahku.
Setidaknya sedikit saja beri aku penjelasan dan kepastian tentang semua ini.
Bagaimana mungkin kau bisa begitu mudah melepaskanku sedangkan kau yang bilang
masa depanmu akan kita rancang sama-sama :’(
Kau bilang aku adalah bidadarimu, kau yang bilang
aku hebat telah menemanimu sampai sejauh ini. Menemanimu meraih kesuksesanmu
dan membuat bangga ayah-ibumu. Tapi, kenapa kau akhiri semua dan meminta
perpisahan tanpa aku tau sebab-dn alasannya. Tanpa aku tau salah dan dosaku.
Aku berusaha menjadi pantas untukmu dan kau malah mencampakkan aku begitu saja?
Demi bumi dan langit sedikit pun aku tak pernah
membenci keputusanmu. Aku hanya benci dengan keadaan yang menyudutkanku. Aku
benci keberadaan orang-orang sekitar yang tak sedikit pun memahami tentang
rasaku. Aku benci dengan ketidakpedulianmu yang kau sengaja. Aku benci saat kau
katakan cinta tapi kau yang akhiri tanpa alasan. Aku benci saat orang-orang tak
mengerti betapa hebatnya kamu yang selama ini menjadi matahariku. Aku benci
saat aku tak bisa lagi memanggilmu sayang :’( aku benci saat kau tak ada lagi
dihari-hariku. Aku benci menerima kenyataan bahwa kau tak akan menjadi imamku
nanti. Aku benci sayang :’(
Kepada ALLAH aku terus meminta, “ya ALLAH,
perbaikilah hubungan ini. Ya ALLAH persatukanlah kami. Ya ALLAH sehatkanlah dia
dan jauhkanlah dia dari sakit apapun itu, lindungilah dia, jagalah dia dan
keluarganya, jadikanlah dia bagian hidupku. Ya ALLAH perbaikilah akhlaknya, ya
ALLAH bimbinglah dia menjadi anak yang berbakti untuk kedua orang tuanya” kau
tau selalu ku sisipkan doa itu setiap kali sujud dan tangisku. Di sela-sela
doaku untuk keluargaku, ku selipkan sebuah doa untukmu dan keluargamu. Inilah
cintaku, yang telah berakhir.
Hari ketiga, aku semakin dekat dengan pemilikku.
Aku semakin sering bersujud mengadu kepada pemilik ku. “ya Allah kuatkan hati
ini, ikhlaskanlah dan berilah jalan yang lebih baik”. Rasa kosong masih terus
menghampiriku. Menurunkan kesehatanku. Menurunkan selera makanku, dan mulai
merusak satu persatu organ tubuhku. Aku tau ini salah, aku tau aku egois
terlalu mementingkan cinta padamu, dibanding mememtingkan cintaku kepada
pemilik dan orang tuaku. Tapi, terlalu sulit bagiku untuk membiasakan diri
melewati semua ini. Menutupi rasa kosong dan mengobati setiap sesak di hati
ini.
Para pembaca, kau tau bagaimana keadaanku saat
ini? Masih terus berpura-pura sehat dan kuat di depan semua orang, terutama
orang tuaku. Sedangkan hanya tembok-tembok kamar yang tahu bagaimana sakitnya
aku dan terpuruknya aku. Mencintai yang berlebihan adalah salah, dan akhirnya
membuat aku jauh dari pemilikku. Dan saat cintaku pergi, aku kembali kepada
pemilikku dan mengadukan semua. Hari ketiga, aku selalu berharap kesehatan
selalu untuknya, untuk keluarganya. Dan juga untukku dan keluargaku. Aku selalu
berharap ada jalan untuk memperbaiki semuanya. Dan menyelesaikan semua sakit
dan sesakku :”)
IMISSYOU MY SUN AFS.
0 Response to "Catatan Air Mata PERPISAHAN"
Posting Komentar