Hubungan Homoseksual dalam pandangan psikologi



Hai guys, masih ngebahas tentang psikologi ni. Kalau sebelumnya kita sudah mengebahas mengenai Hubungan Cinta Interpersonal, kali ini kita akan ngebahas tentang hubungan cinta juga. Bedanya, kali ini kita akan negbahas hubungan cinta Homoseksual. Dalam ilmu psikologi pun ini merupakan pembahasan yang sangat luas. Studi dan penelitian pun telah dilakukan untuk mengetahui secara mendalam mengenai permasalahan ini. Banyak pendapat yang mewarnai kajian yang kali ini. Pro dan kontra tentang hubungan heteroseksual ini terus bermunculan.
Penasaran dengan detail nya ? ayo baca, ngk lama kok 10 menit luangkan waktu kalian untuk menambah pengetahuan. Tulisan ini bukan untuk mengungkap sisi gelap hubungan heteroseksual, hanya sekedar untuk memberi pandangan tentang hubungan cinta yang satu ini, karena setiap orang mempunyai Hak masing-masing untuk mencintai siapapun yang dia anggap pantas untuk dicintainya J
Saat ini, heteroseksual sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan kejiwaan. Tentu saja acuan dari pernyataan diatas adalah DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder / buku acuan diagnostik secara statistikal untuk menentukan gangguan kejiwaan) yang dibuat oleh ‘kiblat’ ilmu kejiwaan saat ini, yaitu APA (alias asosiasi psikiatri Amerika). Di dalam DSM, yang sudah masuk ke edisi ke empat, heteroseksual sudah tidak masuk ke dalam kategori gangguan kejiwaan manapun. Salah satu alasannya adalah karena syarat bagi sebuah perilaku untuk diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dalam DSM adalah jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan orang yang menderitanya. Temuan di lapangan menyatakan bahwa para heteroseksual dapat hidup dengan normal dan bahagia.http://ruangpsikologi.com/wp-content/plugins/picde002wpRSP/image.gif
          Situs dari asosiasi psikologi Amerika (American Psychological Association) juga mengatakan dengan tegas bahwa homoseksualitas bukan sebuah gangguan. Kesimpulan yang mereka nyatakan ini berasal dari temuan bahwa, seperti yang di pakai oleh DSM untuk menyimpulkan bahwa Homoseksual. bukanlah sebuah gangguan, orang yang berorientasi Homoseksual dapat hidup dengan normal seperti orang lain.
Berikut adalah sejarah dari ditariknya heteroseksual dari klasifikasi gangguan kejiwaan (Mental Disorder) oleh dunia ilmu kejiwaan:
Masa Psikologi Klasik – Jung, Adler dan Freud menyatakan bahwa Homoseksual adalah sebuah gangguan kejiwaan. Saya belum menemukan penjelasan dari pandangan Jung dan Adler, tapi menurut Freud, Homoseksual adalah sebuah bentuk fiksasi (berhentinya perkembangan mental) dari satu dimensi dari tahap perkembangan mental seseorang, sehingga orang normal adalah orang yang berhasil berkembang menjadi seorang Homoseksual
DSM-I (DSM versi pertama) yang diterbitkan pada tahun 1952– menyatakan bahwa heteroseksual adalah gangguan kepribadian sosiopathik. Artinya, orang yang memiliki orientasi Homoseksual memiliki kepribadian yang menyimpang dari norma sosial, dan penyimpangan ini harus diperbaiki.
          DSM-II yang diterbitkan tahun 1968 – menghapus Homoseksual dari daftar penyakit sosiopath dan memindahkannya ke daftar Sexual Deviation (penyimpangan seks).
          DSM-III yang diterbitkan pada tahun 1973 – menyatakan bahwa Homoseksual dinyatakan sebagai sebuah gangguan HANYA jika orientasi seksual Homoseksual orang tersebut mengganggu dirinya (dia tak mau menjadi Homoseksual) DSM-III kemudian mengalami revisi dan pada edisi revisi ini, Homoseksual sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan sama sekali. Alasannya adalah, karena para komite DSM menyatakan bahwa adalah normal bagi seorang Homoseksual untuk merasa terganggu dengan orientasi seksualnya pada saat ia pertama kali menyadari bahwa ia seorang Homoseksual. Oleh karena itu perasaan terganggu yang dirasakan seorang Homoseksual bukanlah sebuah gangguan. Robert L. Spitzer, ketua komite pembuatan DSM III menyatakan bahwa Homoseksual tidak lebih dari sebuah variasi orientasi seksual. Tidak lebih.
          Nah guys, sekarang sudah jelas kan kalo sebenarnya h Homoseksual ini bukan merupakan sebuah penyakit. Ini hanyalah sebuah penyimpangan yang asal mulanya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Bisa dari masa Traumatik, Lingkungan , Konsep Diri, dan Pola Asuh orang tua. Awalnya ini bersifat biasa, kepribadian cowok yang seolah-olah menyerupai cewek, dan sebaliknya. Namun lambat laun ketika mereka sudah merasa nyaman dengan kondisi yang seperti ini mereka akan terus bersikap seperti demikian. Apa peran kita sebagai masyarakat dan ahli jiwa ? Harus kita mengatasi hal demikian, karena meskipun ini bukan merupakan sebuah penyakit, namun kondisi ini membuat risih masyarakat. Perlu rangkulan dan perhatian dari masyarakat dan keluarga..
          So guys, kita sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi hak setiap individu harus paham dengan hal ini. Semoga enjoy setelah membaca ini dan semoga ada ilmu yang bisa di dapat ketika membacanya J see you guys..
Sumber:
www.apa.org
www.psych.org
Sumber foto:http://www.flickr.com/photos/tutiturumtutu/2111834100/

0 Response to "Hubungan Homoseksual dalam pandangan psikologi"

Posting Komentar